Facebook tampaknya memang gemar 'mencuri' fitur-fitur terpopuler pada
Snapchat. Salah satu fitur Snapchat yang dijiplak adalah Stories. Kini
fitur populer itu sudah ada di Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
Selain Stories, filter untuk wajah yang populer di Snapchat juga hadir disontek dan kini hadir di Instagram maupun Facebook Stories.
Terbaru, Facebook dikabarkan kembali mencontek fitur baru Snapchat
bernama Streak. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk saling mengirimkan
pesan satu sama lain tiap hari untuk menjaga Streak tetap ada.
Sebagaimana dikutip dari
Ubergizmo, Sabtu (25/11/2017), di antara berbagai layanan Facebook, baru pada Facebook Messenger fitur Streak ini diujicobakan.
Melalui fitur ini, sesama pengguna bisa memilih pengguna untuk saling
ber-Streak. Seperti pada Snapchat, fitur ini memunculkan status emoji
pada teman yang sedang diajak Streak.
Saat ini, Facebook diketahui baru mengujicobakan fitur ini pada
pengguna-pengguna terpilih. Belum jelas kapan fitur Streak dinikmati
seluruh pengguna Facebook Messenger.
Sekadar diketahui, fitur Streak pada Snapchat umumnya digemari oleh
pengguna berusia muda alias milenial. Tujuan hadirnya fitur ini adalah
mengajak pengguna untuk mengirimkan lebih banyak pesan Snapchat kepada
pengguna lain. Sebab jika tidak terus mengirimkan pesan, emoji Streak
bakal menghilang.
Jika Facebook memutuskan untuk menjiplak fitur ini alih-alih hanya menjajalnya,
kemungkinan Streak juga dihadirkan baik di Instagram maupun WhatsApp.
ALASAN FACEBOOK MENJIPLAK FITUR SNAPCHAT?
Streak
bukanlah fitur pertama Snapchat yang disontek Facebook. Sebelumnya
perusahaan jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg itu juga telah
menyontek Stories dan kamera
filter pada WhatsApp, Facebook, Facebook Messenger, dan Instagram.
Namun sebenarnya ada alasan utama kenapa jejaring sosial sebesar Facebook menjiplak fitur milik kompetitornya?
Sebagaimana
Tekno Liputan6.com kutip dari
The Verge,
Rabu (29/3/2017), semua usaha ini kabarnya Facebook lakukan karena
uang, bukan karena budaya komunikasi pengguna internet yang sudah mulai
berubah ke arah video.
Disebutkan juga, Stories memungkinkan Facebook, Snapchat, dan
jejaring sosial apa pun untuk memasukkan iklan ke messaging apps secara
gratis. Pengguna pun tak bisa menolak iklan tersebut.
The Verge mengibaratkan, jika iklan disisipkan ke Snapchat
Stories di antara dua unggahan milik teman, tentu pengguna tak akan
marah. Pengguna hanya akan menganggapnya sebagai gangguan sekilas,
kemudian lanjut tap pada layar perangkatnya dan melihat-lihat Stories
lainnya.
Lain halnya jika pengguna menggulirkan pesan teks di Messenger dan
Facebook, lalu ada iklan berbentuk teks dalam feed. Tentu hal ini bakal
dianggap sangat mengganggu oleh pengguna. Orang pun enggan menerima ini.
Sederhananya, Facebook menjalankan sejumlah aplikasi pesan gratis dan
berupaya mendapatkan pendapatan iklan melalui fitur Stories. Dengan
merebaknya Stories di berbagai aplikasi, kini kamera telah menjadi
keyboard baru.
Perlu diketahui, masalah utama dari konten teks adalah kesulitan
dalam hal monetisasi. Makanya, diperlukan cara baru, yakni melalui iklan
video sebab konsumen dianggap baik-baik saja dengan sisipan iklan di
video.
Tak bisa dimungkiri, teks masih sangat penting dan masih dipakai
cukup masif, meski kehadiran platform iklan baru dianggap sebagai sebuah
inovasi. Masalahnya adalah tantangan untuk memperoleh pendapatan
melalui teks. Oleh karenanya, Stories jadi solusi iklan yang
ujung-ujungnya untuk meraup uang.
[sumber:
http://tekno.liputan6.com]